Banjir menggenangi kota Semarang

Pagi itu, 8 Februari 2009bangun pagi tidak seperti biasanya. Teriakan om-ku membuat tidur pulasku berakhir. “Git...Sigit...Banjir Git....!”. Aku sempat tidak percaya dengan teriakan om-ku itu. Setelah aku lihat di koridor “loteng-ku”, ternyata banjir menggenangi depan rumahku. Cepat-cepat aku turun kebawah untuk mengcek ketinggian air yang menggenang. Setelah sholat subuh “kilat”...he..he..he....dasar anak muda! Aku dan semua anggota keluargaku “gotong royong” untuk memindahkan barang-barang di lantai bawah, terutama komputer n peralatan tidur. Setelah barang-barang diselamatkan, aku coba untuk ngecek keadaan diluar rumah. Banyak tetanggaku yang bernasib sama dan bahkan lebih parah. Topek, adekku sing bandel dewe...bilang kalu hujan semalaman ga hanya hujan saja, tapi udah termasuk “udan angin”.

Wah baru kali ini rumahku kemasukkan air alias kebanjiran, walau cuma 5 cm. Tapi banjir itu menjadikan sekeluargaku rajin bersihin rumah. Kalau seingatku baru 3 tahun yang lalu rumahku kemasukan air banjir hanya di bagian depan, itupun cuma kurang dari 1 cm dan langsung surut. Dan 18 tahun yang lalu atu tahun 90-an, rumahku pernah kemasukkan air akibat banjir bandang semarang.

Suasana didepan rumah lebih parah, ketinggian mencapai 45 cm. Banyak tetanggaku yang coba menyelamatkan benda-benda yang aada diluar atau didalam rumah. Anak-anak kecil keasikkan main air dan mengambil benda-benda yang hanyut. Keadaan dijalan kampung juga tak luput banjir, walhasil kampungku seperti “mati” dari kegiatan pagi seperti hari biasanya. Jika hari biasa, minggu pagi disibukkan dengan bersih-bersih kampung, bersih-bersih kendaraan, jualan makanan untuk sarapan, anak-anak kecil pada main hingga grombolan ibu-ibu yang ngrumpi. Pagi itu, kegiatan itu semua tidak ada......

Jalan di depan kampung ( Jl. Pringgading ) tak luput dari banjir. Banyak sepeda motor berhenti sejenak untuk membersihkan sepeda motornya yang kena banjir atau “mlepek...”. Banyak anak-anak muda yang siap sedia untuk membantu jika ada motor atau mobil yang mogok. Singkat cerita, dirumah, dilkampung dan jalan raya terkena banjir. Alih-alih lihat banjir dan motor-motor yang “mlepek”, aku teringat kalau vespa-ku masih didepan rumah dan tidak aman dari banjir. Aku ambil langkah seribu menuju ke rumah. Walhasil bagian bawah vespa sudah tergenang banjir. Tak lama-lama untuk berfikir, bebeapa ubin sisa lantai dan balok kayu aku gunakan untuk menyanggak vespa-ku dari genangan air. Dan akhirnya vespaku bisa selamat dari banjir. Sekitar pukul 09.00, genangan air disekitar rumahku, kampung dan jalan sudah tidak ada lagi. Kehidupan di kampung berjalan dengan normal. Namun di daerah Semarang Utara, Semarang Timur, Genuk dan kendal masih ptergenang banjir.

Hari ini ( senin, 9 Februari 2009 ) berbagai surat kabar dan berita di televisi memberitakan banjir di Semarang. Akibat dari banjir kali ini cukup memukul kota Semarang. Banyak kecamatan dan perumahan banyak yang tergenang air. Jalan Pantura dari Kendal hingga Demak tergenang bajir dan lumpuh. Stasiun tawang dan terminal Terboyo hingga Bandara Ahmad yani LUMPUH TOTAL!!!!


Semoga kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi warga kota Semarang dan semuanya. Amin...